BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan selanjutnya minimal selama 1 tahun. WHO dan UNICEF merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan, menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, menyusui setiap kali bayi mau, tidak menggunakan botol dan dot. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan. Bayi dan ibu yang melakukan proses menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan memiliki keberhasilan yang lebih besar dari mereka yang menundanya. Bayi baru lahir sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sampai bayi merasa puas. Menyusui minimal 5 menit pada masing-masing payudara pada hari pertama setelah melahirkan dan semakin meningkat frekuensinya setiap hari sehingga dapat meningkatkan produksi ASI optimal. Waktu menyusui 20 menit pada masing-masing payudara cukup untuk bayi. Tidak perlu membatasi waktu menyusui. Frekuensi menyusui yang sering dapat meningkatkan produksi ASI, mencegah payudara nyeri dan sakit karena penumpukan dan penggumpalan ASI, dan meminimalkan kemungkinan bayi menjadi kuning.
Jumlah ASI yang normal diproduksi pada akhir minggu pertama setelah melahirkan adalah 550 ml per hari. Dalam 2-3 minggu, produksi ASI meningkat sampai 800 ml per hari. Jumlah produksi ASI dapat mencapai 1,5-2 L per harinya. Jumlah produksi ASI tergantung dari berapa banyak bayi menyusu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak hormon prolaktin dilepaskan, dan semakin banyak produksi ASI.
Menyusui dapat berkaitan dengan ketidaknyamanan pada payudara. Nyeri pada puting dapat diberikan krim vaselin. Perubahan posisi menyusui untuk memutar titik stres pada puting juga sebaiknya dilakukan. Sebaiknya bayi berhenti dahulu menghisap puting sebelum mengangkatnya dari payudara.
Wanita yang menyusui membutuhkan 500-1000 kalori lebih banyak dari wanita yang tidak menyusui. Wanita menyusui rentan terhadap kekurangan magnesium, vitamin B6, folat, kalsium, dan seng. ASI tidak memiliki suplai zat besi yang cukup untuk bayi prematur atau bayi berusia lebih dari 6 bulan. Karena itu suplementasi zat besi sebaiknya diberikan pada ibu menyusui dengan bayi prematur. Nutrisi yang tidak adekuat dan stres dapat menurunkan jumlah produksi ASI.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Definisi
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar masih memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula.
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula juga tersedia untuk para ibu yang tidak bisa atau memilih untuk tidak menyusui, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidaklah sebaik ASI. Di banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare, tetapi apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman.
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO, Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics), dan Departemen Kesehatan.
Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu (sacs) yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi.
Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.
2.2 Keunggulan ASI
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.
1. Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum
• Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
• Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
• Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
• Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
• Komposisi ASI
• ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
• ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
• Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
• Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
• Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
• Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
• ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
•Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
• Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
• Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
• Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
• Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
• Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
• Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
• Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
• Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
• Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
• Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
• Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan
• Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
[Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI,2001]
2.3 Manfaat Menyusui bagi Bayi
ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan penyembuhan yang lebih cepat dari infeksi. Imunoglobulin A terdapat dalam jumlah yang banyak di dalam kolostrum sehingga memberikan bayi tersebut kekebalan tubuh pasif terhadap infeksi. Terdapat faktor bifidus di dalam air susu ibu yang menyebabkan pertumbuhan dari Lactobacillus bifidus yang dapat menurunkan kumpulan bakteri patogen (menyebabkan penyakit pada manusia) penyebab diare.
Berdasarkan penelitian di negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi saluran pernapasan bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, dan necrotizing enterocolitis.
Karena protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang spesifik untuk manusia, maka pengenalan lebih lama terhadap protein asing atau protein lain yang terdapat di dalam susu formula, dapat mengurangi dan memperlambat terjadinya alergi.
2.4 Manfaat Menyusui bagi Ibu
Hormon oksitosin dilepaskan selama menyusui yang menyebabkan peningkatan kontraksi rahim, mencegah involusi rahim, dan menurunkan angka kejadian perdarahan setelah melahirkan. Wanita yang menyusui, menurunkan angka kejadian kanker indung telur dan kanker payudara setelah menopause sesuai dengan lamanya waktu dia menyusui. Wanita yang menyusui juga dapat mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menopause, serta menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan.
Meyusui dapat menciptakan ikatan antara ibu dengan bayi yang juga dapat mengurangi biaya dibandingkan dengan pemakaian susu formula. Menyusui memperlambat ovulasi (keluar dan matangnya sel telur) setelah melahirkan sehingga menjadi suatu bentuk KB alamiah.
2.5 Cara Menyusui yang Benar
Terdapat berbagai posisi untuk menyusui namun posisi yang baik adalah dimana posisi kepala dan badan bayi berada pada garis yang lurus sehingga bayi dapat menyusui dengan nyaman. Selain itu posisi ibu pun harus nyaman. Cara menyusui yang benar adalah :
1. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi sebaiknya dapat menggerakkan kepalanya ke depan dan ke belakang dengan mudah
2. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga bayi akan melekat sempurna dengan payudara
3. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu dapat membuat bayi dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian atas bayi dengan jari ibu
4. Bayi anda akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi terlebih dahulu
5. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup putting dan lingkaran gelap di sekitar puting, puting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi
6. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari puting, dengan lembut letakkan ujung jari ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan secara otomatis membuka mulutnya. Jangan menarik secara paksa karena akan menimbulkan luka pada puting
2.6 Hal yang Harus Diperhatikan ketika Menyusui
Beberapa hal yang membuat menyusui tidak diperkenankan adalah :
• Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam jumlah berlebihan
• Bayi dengan galaktosemia
• Ibu dengan penyakit HIV/AIDS
• Ibu dengan penyakit Tuberkulosis (TBC) yang tidak diobati dan masih aktif. Wanita tersebut dapat memberikan ASI kepada bayinya apabila pengobatannya sudah menujukkan keberhasilan terapi
• Ibu dengan penyakit varisela (cacar). Apabila bayi sudah diberikan Imunoglobulin virus varisela zoster, maka bayi tersebut dapat disusui apabila tidak terdapat luka di puting. Dalam waktu 5 hari setelah lenting-lenting muncul, antibodi ibu dibentuk, dan menyusui pada saat ini dapat memberikan kekebalan pasif bagi bayi
• Herpes yang aktif pada payudara
Menyusui dapat dilakukan pada keadaan :
• Infeksi Cytomegalovirus (CMV) bawaan atau didapat pada bayi yang sehat. Bayi tersebut sebaiknya disusui karena ASI mengandung antibodi
• Ibu dengan penyakit Hepatitis B, apabila bayi sudah diberikan Imunoglobulin Hepatitis B serta vaksin Hepatitis B (wanita dengan Hepatitis B yang sedang aktif sebaiknya tidak menyusui)
• Ibu dengan penyakit Hepatitis A, apabila bayi sudah menerima Imunoglobulin Hepatitis A serta vaksin Hepatitis A
• Masih merupakan kontroversi wanita dengan Hepatitis C dapat menyusui atau tidak
2.7 Makanan Pelancar ASI
6 jenis makanan berikut ini, jika dikonsumsi dengan benardapat melancarkan ASI Anda yang sedang menyusui.
1. Pare
Kaya vitamin C, anti oksidan yang berguna untuk melindungi sel dari kerusakan, meningkatkan kesehatan tulang, gigi, gusi dan pembuluh darah, serta meningkatkan penyerapan zat besi. Kandungan senyawa fitokimia lutein dan likopennya juga berkhasita untuk merangsang produksi insulin.
Baik untuk ibu menyusui yang emnderita diabetes mellitus karena dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Pare juga dikenal sebagai antikanker, antibiotik antivirus, dan pembasmi cacing usus. Enaknya ditumis, karena bisa menyamarkan rasa pahitnya.
2. Pepaya.
Kaya vitamin A, vitamin C, asam folat, dan kalium. Papaya juga rendah kandungan kolesterol, lemak jenuh dan natrium. Pepaya punya kandungan lebih banyak 33% vitamin dan 50% kalium dibanding jeruk. Baik untuk memenuhi kebutuhan kalium di masa menyusui. Merawat balita cukup menguras tenaga, sehingga bila Anda kekurangan kalium maka akan merasa sangat lelah. Kekurangan kalium juga menyebabkan perubahan suasana hati menjadi seperti depresi, sementara saat menyusui Anda perlu berpikiran positif dan bahagia.
3. Semangka.
Kaya vitamin A dan C, kalium serta asam folat, namun rendah kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium. Baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin A ibu menyusui yang satu setengah kali lipat lebih banyak daripada perempuan yang tidak menyusui. Kadar air yang tinggi pada semangka jga baik untuk asupan cairan tubuh. Dalam sehari, ibu menyusui setidaknya minum 8 gelas cairan setiap hari, baik dalam bentuk air putih, jus, the, kopi tanpa kafein, dan susu.
4. Kacang hijau.
Kaya protein, tiamin (vitamin B1), zat besi, magnesium, fosfor, kalium dan mangan. Kacang hijau juga sumber asam folat tapi rendah kandungan natrium, lemak jenuh dan sama sekali tidak mengandung kolesterol.
Baik untuk sumber protein nabati. Tiamin atau vitamin B1 mengubah karbohidarat menjadi energi karena ibu menyusui butuh energi lebih besar dibanding saat hamil. Bila kekurangan tiamin Anda jadi mudah tersinggung, sulit konsentrasi dan kurang bersemangat. Mood yang baik akan memicu hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI.
5. Jambu Air.
Kaya vitamin A, C, kalsium, fosfor, dan zat besi. baik untuk emmenuhi kebutuhan kalsium yang meningkatkan fungsi otot dan saraf, serta vitamin A yang berguna untuk melindungi sistem kekebalan tubuh bayi dan meningkatkan ketahanannya terhadap infeksi. Buah yang kadar airnya cukup tinggi ini bersifat mendinginkan sehingga memberikan rasa memenangkan saat dimakan, bisa menetralisir rasa tertekan pada ibu pasca melahirkan.
6. Labu siam.
Kaya asam folat, vitamin C dan K, seng (zinc) dan mangan. Labu siam juga sumber vitamin B6, magnesium dan kalium. Baik untuk memenuhi kebutuhan asam folat. Meski ibu menyusui tidak memerlukan asam folat sebanyak saat hamil, namun kebutuhan asam folat tetap dua kali lipat daripada perempuan yang tidak menyusui. Mengonsumsi 100 gram labu siam cukup untuk memenuhi sekitar 23% kebutuhan asam fotal tubuh. Asam folat itu penting untuk pembentukan sel, hemoglobin dalam darah, serta perkembangan jaringan tubuh bayi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menyusui dengan menuruti keinginan bayi atau dikenal dengan istilah baby-led method biasanya banyak direkomendasikan bagi para ibu baru. Namun begitu, metode ini belum tentu yang terbaik bagi sang ibu maupun bayi. Bahkan menurut sebuah riset di Inggris, menyusui dengan tempo singkat tetapi teratur justru lebih baik dan efektif bagi penambahan berat badan bayi.
Seperti dilaporkan dalam jurnal Archives of Disease in Childhood, metode short breastfeed diklaim lebih bermanfaat daripada menyusui hanya semata menuruti keinginan bayi.
Kesimpulan ini diambil peneliti asal Bradford yang memantau aktivitas 36 ibu yang memberi ASI ekslusif. Peneliti menemukan, pemberian ASI secara teratur hingga maksimal 10 menit untuk setiap sesi menghasilkan peningkatan berat badan signifikan serta rata-rata menyusui yang lebih tinggi.
Namun begitu, para bidan di Inggris berpendapat bahwa metode short breastfeed ini tidak akan dapat diterapkan pada semua ibu menyusui.
terimakasih infonnya
BalasHapushttp://yvc-i-gc012.blogspot.co.id/